Gus Baha Jelaskan Saat di Akhirat Kelak Tidak Semua Manusia Akan Dihisab

Gus Baha Jelaskan Saat di Akhirat Kelak Tidak Semua Manusia Akan Dihisab


Kaditanews – Lebih dikenal dengan nama KH Ahmad Bahaudin Nur Salim atau disapa Gus Baha, beliau menerima ilmu dan hafalan Al-Qur’an dari ayahnya KH Nur Salim Al Hafidza sejak usia dini. 

Dalam sebuah video yang berisi ceramah Gus Baha yang tersebar di media sosial seperti YouTube. 

Baru-baru ini heboh video ceramah berdurasi lebih dari 1 menit, 2 menit, 3 menit dan 1 jam oleh ceramah Gus Baha. 

Gus Baha yang kerap menerangkan banyak hal dalam ceramahnya seperti tentang berbagai topik Islam termasuk fiqh, ekonomi, panggilan, tasawuf, sejarah kerasulan dan banyak lagi. 

Gus Baha telah menjadi ahli tafsir Al-Qur’an dan sangat diidolakan oleh anak muda atau yang biasa disebut  milenial. 

Kali ini, seseorang yang lebih dikenal dengan nama KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau  Gus Baha akan berbicara tentang nasib orang-orang ketika mereka berada di Padang Makhshar atau akhirat.

Apakah seluruh umat manusia akan tersedot (sesuai dengan perbuatannya) dan  hidup di dunia ini?

Ini jawaban Gus Baha, murid mendiang KH Maimoen Zubair. Gus BaHA yang juga Raiss Surya, Direktur Utama Nahdlatul Ulama (PBNU), memaparkan tentang kehidupan akhirat yang dihadapi kebanyakan orang. 

Namun dalam video singkat ini, Gus BaHA yakin tidak semua manusia akan hisab atau diperhitungkan. Di hisab atau dalam bahasa kerennya saat ini sedang diaudit. 

“Aku memeriksa perilakunya dalam hidupnya, baik atau buruk.” kata Allah SWT 

Menurut Gus Baha, orang seperti Nabi Muhammad SAW tidak terhitung. Karena Nabi Muhammad SAW  jelas agung dan mulia. 

“Dia juga menyaksikan jumlah umatnya. Jadi dia mengatakan bahwa Nabi Muhammad, yang menjadi saksi, tidak dihitung. Jelas orang jelek seperti Abu Lahab dan Fir’kun (Elek, dalam bahasa Jawa) tidak dihitung. Orang seperti mereka jelas-jelas orang jahat, jadi malaikat tidak perlu berterima kasih kepada mereka,” kata Gus Baha. 

Imam kelahiran 29 September 1970 itu menegaskan bahwa mengutuk orang seperti Aburahan bertentangan dengan ayat Al-Qur’an yang dengan jelas menyatakan bahwa Aburahab adalah orang yang tidak bahagia (Surat Al Lahab, ayat 1). 

Namun demikian, jika Nabi Muhammad diadili, itu akan menjadi pelanggaran terhadap konsep ineransi. 

“Dia juga menyatakan bahwa  pendapat semua orang yang dianggap bersalah sebenarnya didasarkan pada ayat-ayat Zahir dari Al-Qur’an. Selain pernyataan bahwa tidak semua diperhitungkan, ada juga pernyataan dari ayat-ayat Zahir. Ancamannya berarti tidak semua orang bisa dimintai pertanggungjawaban,” kata Gus Baha yang juga pengurus LP3IA Pesantren Tahfidzul Quran di Narukan Rembang, Jawa Tengah. 

Menurut Kiai muda yang selalu tampil berbaju putih dan bertopi hitam ini, ia menjelaskan bahwa orang-orang yang diadili tidak sejelas kita sekarang. Dia bukanlah seorang nabi yang tidak selalu benar dan  selalu salah.(DM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *